Page Nav

HIDE

Pages

Breaking News:

latest

PILKADA LABURA : AJAB AKIBAT POLITIK OPLOSAN

               Gbr  Adi SH . Pengiat sosial PILKADA LABURA : AJAB AKIBAT POLITIK OPLOSAN MEDIACORUPTION.COM 31 - 8 - 2020 Asal Ja...


               Gbr  Adi SH . Pengiat sosial

PILKADA LABURA : AJAB AKIBAT POLITIK OPLOSAN



MEDIACORUPTION.COM 31 - 8 - 2020
Asal Jangan Anak Babe (AJAB),* sebuah anekdot yang mulai terdengar nyaring dan merata di Labura. Tentu anekdot tersebut adalah klimaks dari kekecewaan publik atas apa yang terjadi hari ini di Labura. Ditengah keadaan rakyat yang masih belum menikmati pembangunan secara masif sejak 12 tahun pemekaran, dugaan praktik KKN, konflik Sumber Daya Alam yang merebak, rusaknya generasi karena maraknya peredaran narkoba, lalu menurunkan kekuasaan pada generasinya adalah sikap yang terkesan mempertahankan kekuasaan dan mengaggap bahwa tidak ada yang layak lagi selain _"trah"_ (garis keturunan) dari sang raja.

Jika secara objektif memiliki kemampuan dalam memimpin, tentu akan menjadi pertimbangan publik. Namun jika karena dipaksakan serta belum layak memimpin, ini adalah perjudian politik dan ratusan ribu rakyat menjadi taruhannya. Rakyat hanya akan diletakkan pada "meja perjudian".

Anekdot "AJAB dan Politik Oplosan" tentu memiliki korelasi dan saling berhubungan. Jika oplosan diidentikkan dengan menyatukan dua unsur atau lebih yang tidak memenuhi unsur standar, maka memberikan resiko atas percobaan yang cenderung ugal ugalan.

Untuk menjadi pemimpin yang memiliki tanggung jawab atas rakyat,  tentu diwajibkan memiliki standar dan kriteria. Diantaranya memiliki kriteria dengan kualitas minimal integritas, kapabilitas, tentu juga mampu merangkul semua golongan di Labura yang terkenal majemuk. Namun jika dipaksakan tanpa standar kepemimpinan dan hanya karena kepentingan mewariskan kekuasaan lebih dominan, sangat beresiko tinggi. Sehingga menciptakan Labura lebih hebat hanyalah "onani intelektual" diawang awang.

AJAB dan Politik Oplosan hanyalah sebuah simbolisasi perlawanan rakyat Labura yang mulai menyadari bahwa Labura bukan milik segelintir orang atau kumpulan keluarga. Kecerdasan dalam menempatkan simbolisasi diatas adalah manifestasi dari tuntutan keadaan, bahwa saatnya rakyat Labura tidak berkenan lagi dalam tekanan dan melihat praktik praktik intimidasi terus berlanjut.

Membangun politik Labura yang santun, demokratis, dengan tujuan kepentingan rakyat lebih utama adalah cita cita bersama. Bijak dalam mengambil langkah dan pilihan berada ditangan rakyat Labura. Karena Labura bukan perusahaan swasta, melainkan menjadi bagian dari unsur Negara maka setiap kita punya hak konstitusional dalam mengabdi, sekalipun kita bukan putra pemilik saham atau bahkan putra sang raja.

Semoga bermanfaat.

Labura, 31 Agustus 2020

 ( Adi S.H Pegiat Sosial.)

Tidak ada komentar